KARYA TULIS
Di susun untuk memenuhi salah satu syarat
Kenaikan kelas VIII ke kelas IX
Oleh
1.
Ayatulloh
Ahmad NIS
2.
Gery.
A. S NIS
3.
M.
Nir. M NIS
4.
M.
Sundoko NIS
5.
Tianah
Pratama NIS
Kelas VIII B
SMP NEGERI 1 LOSARI
Jl. Jend. Sudirman No. 77 (0231) 831280
Losari Brebes Jawa Tengah 52255
2014
PENGESAHAN
Telah
diterima dan disahkan pada :
Hari : _________________________
Tanggal : _________________________
Oleh
Mengetahui
Kepala Sekolah Pembimbing
Sutarno,S.Pd.,M.Pd
Diastuti Purwani.S.Pd.
NIP
19570213 198003 1 007 NIP -
MOTO
-
Sebaik-baiknya
orang ialah yang rela berbagi ilmu.
-
Persiapkan segala hal dengan matang.
-
Kebohongan itu adalah kegelapan dan
penyebabnya adalah kemalasan
-
Ilmu yang tidak di amalkan bagaikan
pohon yang tidak berbuah.
-
Janganlah siasiakan waktu dan kesempatan
yang ada di depanmu.
-
Taati peraturan kapanpun dan dimanapun
kamu berada.
-
Belajarlah dari pengalaman karna
pengalaman itu adalah guru yang paling berharga
-
Berusaha dan berdoalah untuk meraih
kemenangan dan kejayaan.
-
Harta bila di belanjakan akan sirna sedangkan
ilmu bila di amalkan menjadi sempurna.
-
Ilmu itu laksana pertamanan surga
sedangkan kuncinya adalah bertanya.
-
Disiplinlah merupakan jempatan tujuan
dan pelaksanaan.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan
kehadiran Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-nya penyusun dapat
menyelesaikan karya tulis ini.
Adapun maksud pembuatan karya tulis
ini seperti tahun-tahun yang lalu merupakan salah satu syarat untuk kenaikan
kelas.
Banyak sekali bantuan dan bimbingan
yang di berikan kepada penyusun selama menuntut ilmu di SMP Negeri1 Losari
Brebes dan sewaktu penyusun membuat karya tulis , karena itu, tidak lupa
penyusun mengucapkan terima kasih yang tulus kepada :
1. Bapak
Sutarno, S.Pd.,M.Pd.,selaku Kepala SMP Negeri 1 Losari Brebes.
2. Bapak
Ruslan, S.Pd., selaku wali kelas VIII F sekaligus pembimbing karya tulis.
3. Bapak/Ibu
guruSMP negeri 1 Losari Brebes yang telah mengarahkan dan menbantu dalam
pembuatan karya tulis ini.
4. Rakan-rekan
sesame siswa SMP Negeri 1 Losari Brebes yang telah bekerja sama dan saling
melengkapi serta tuker informasi.
5. Semua
pihak yang telah berjasa dalam proses pembuatan karya tulis ini.
Semoga segala kebaikan yang telah diberikan
kepada penyusun mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Harapan
penyusun mudah-mudahan karya tulis ini bermanfaat bagi yang membacanya.
Penyusun
menyadari karya tulis ini masih jauh dari sempurna , Untuk itu, kritik dan
saran yang bersipat membangun sangat penyusun harapkan.
Losari,
Januari 2014
penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul....................................................................................................................... i
Pengesahan............................................................................................................................ ii
Moto...................................................................................................................................... iii
Kata Pengantar...................................................................................................................... iv
Daftar Isi................................................................................................................................ v
Bab I :
PENDAHULUAN
A.
Alasan
Memilih Judul......................................................................................... 1
B.
Metode
Pengumpulan Data................................................................................ 1
C.
Tujuan
Penulisan................................................................................................. 1
Bab II :
CANDI BOROBUDUR
A.
Sejarah
Singkat berdirinya Candi Borobudur.................................................... 2
B.
Stupa
Candi Borobudur..................................................................................... 3
C.
Relief
Candi Borobudur.................................................................................... 4
D.
Lambang
Kejayaan Budaya/Seni Candi Borobudur.......................................... 6
Bab III :
MONUMEN YOGYA KEMBALI
A.
Latar
Belakang Pemberian Nama Monumen Yogya Kembali.......................... 8
B.
Alamat
Lengkap Monumen Yogya Kembali.................................................... 8
C.
Nama-Nama
Pahlawan yang Terdapat Pada Dinding dalam Monumen.......... 8
D.
Manfaat
Adanya Monumen Yogya Kembali.................................................... 13
Bab IV :
TAMAN PINTAR
A.
Sebab-sebab
Didirikannya Taman Pintar.......................................................... 14
B.
Fasilitas
yang Ada di Taman Pintar.................................................................. 14
C.
Manfaat
Taman Pintar....................................................................................... 15
Bab V :
MALIOBORO
A.
Perasaan
Ketika Di malioboro............................................................................ 16
B.
Kesan-Kesan
Saat Di malioboro........................................................................ 16
C.
Aktivitas
di Malioboro....................................................................................... 16
Bab VI :
PENUTUP
A.
Kesimpulan........................................................................................................ 17
B.
Saran.................................................................................................................. 17
C.
Kata
Penutup..................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 18
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Alasan Pemilihan Judul
Dalam menyusun karya tulis ini penulis memilih objek
wisata yang kami amati dan kunjungi terletak di daerah Yogyakarta kota yang
banyak terdapat peninggalan bersejarah seperti yang kita ketahui bahwa
kebudayaan di Yogyakarta beraneka ragam salah satunya Candi Borobudur yang merupakan salah satu tujuh keajaiban
dunia, Kami menyusun laporan Karya tulis dengan memilih judul ” PESONA
YOGYAKARTA ” karena objeg wisata yang
kami amati adalah di daerah Yogyakarta dan sekitarnya merupakan salah satu tempat yang bersejarah
di Indonesia.
B.
Metode pengumpulan data
Untuk penyusunan
karya tulis ini ada beberapa metode yang digunakan, antara lain :
1. Metode
Observasi, yaitu cara pengumpulan data /bahan dengan cara mengunjungi dan
mengamati secara langsung objek-objek wisata.
2. Metode
Wawancara ( Interview ), yaitu cara pengumpulan data/bahan dengan cara Tanya
jawab dengan pemandu wisata pada objek yang dikunjungi.
3. Metode
Kepustakaan, yaitu cara pengumpulan data/bahan dari buku panduan atau brosur
yang berhubungan dengan objek wisata
tersebut.
C.
Tujuan Penulisan Karya Tulis
Tujuan utama
dari penulisan karya tulis ini adalah :
1. Untuk
memenuhi salah satu syarat mengikuti UAN / UAS tahun pelajaran 2013/2014.
2. Untuk
menambah wawasan para pembaca mengenai objek-objek yang dikunjungi.
3. Agar
kami dapat mengembangkan teori yang telah diperoleh dari bapak ibu guru di
sekolah dengan observasi ke objek wisata.
4. Untuk
mengetahui dan mengenal lebih dekat dengan kebudayaan dan sejarah yang ada di
Negara kita khususnya di kota Yogyakarta.
BAB II
CANDI BOROBUDUR
A.
Sejarah
Singkat Berdirinya Cando Borobudur
Candi Borobudur ini dibangun oleh seseorang bernama Samaratungga, merupakan
seorang raja kerajaan Mataram Kuni yang juga keturunan dari Wangsa Syailendra
pada abad ke-8 M. Keberadaan candi ini pertama kali diketahui oleh Thomas
Stanford Rafles sekitar tahun 1814. Ketika itu, pertama kali candi borobudur
ini ditemukan dalam keadaan berserakan dan terpendam tanah. Candi yang memiliki
10 tingkat ini sebenarnya mempunyai tinggi secara keseluruhan yaitu 42 meter.
Namun setelah dilakukan restorasi, tinggi keseluruhan candi borobudhur ini
hanya mencapai 34,5 meter dengan luas secara keseluruhan yaitu 123x123 meter
atau 15.129 m2. Setiap tingkat lantainya, dari lantai paling bawah hingga
lantai keenam berbentuk persegi, sedangkan lantai ketujuh sampai terakhir
(lantai ke sepuluh) berbentuk bulat.
Candi
Borobudur merupakan candi Buddha terbesar pada abad ke-9 M. Menurut Prasasti
Kayumwungan, candi ini terungkap dalam pembangunannya, selesai dibuat pada 26
Mei 824, atau hampir 100 tahun semenjak mulai awal dibangun. Konon arti dari
Borobudhur itu sendiri maksudnya gunung yang berteras-teras atau bisa juga
disebut dengan budhara. Pendapat lain tentang candi Borobudhur yaitu bahwa
candi borobudur berarti biara yang terletak di tempat yang tinggi.
Beberapa
ahli mengatakan bahwa letak Candi Borobudur berada pada ketinggian 235 meter dari permukaan laut. Pemikiran
itu berdasarkan studi dari paraa ahli Geologi membuktikan bahwa Candi Borobudur
pada saat itu adalah sebuah kawasan danau yang besar sehingga sebagian besar
desa-desa yang berada di sekitar Candi berada pada ketinggian yang sama,
termasuk Candi Pawon dan Candi Mendut.
Berdasarkan
Prasasti tanggal 842 AD, seorang sejarawan Casparis menyatakan bahwa Borobudhur
merupakan salah satu tempat untuk berdoa. Di mana dalam prasasti tersebut
mengandung kata “Kawula i Bhumi Sambhara” yang artinya asal kesucian dan Bhumi
Sambara merupakan nama sebuah sudut di Candi Borobudur tersebut. Setiap lantai
pada Candi Borobudhur ini terdapat tema-tema yang berbeda karena pada setiap
tingkat tersebut melambangkan tahapan kehidupan manusia. Hal ini sesuai dengan
ajaran Buddha Mahayana bahwa setiap orang yang ingin mencapai tingkat
kesempurnaan sebagai Buddha harus melalui setiap tahapan kehidupan. Pada setiap
lantai di Candi Borobudur terdapat relief-relief yang bila dibaca dengan runtut
akan membawa kita memutari candi searah jarum jam.
B.
Stupa Candi Borobudur.
a. Stupa Induk.
Stupa adalah bangunan yang berbentuk
kubah berdiri di atas sebuah lapik dan di beri payung di atasnya. Ukuran setupa
induk lebih besar dari stupa lainnya, letaknya di tengah-tengah (patung atas)
merupakan mahkota dari seluruh monument Candi Borobudur dan diameter stupa
induk 9,90 m. Puncak yang tertinggi di sebut pinakel/vasti Cikara terletak di
atas padmaganda serta di atas narmika, di atas puncak piakel dahulunya di
mungkinkan diberi paying (catra) bertingkat tiga (sekarang tidak terdapat
lagi). Pada buku “Candi Borobudur”, (pustaka jaya) Dr.Soekmono menuliskan
antara lain bahwa puncak stupa sekarang ini tidak lengkap lagi, sudah pernah di
usahakan suatu rekontruksi dan menghasilkan gambaran dahulu ada tiga susun
paying yang menghiasi puncaknya. Stupa induk ini tertutup rapat sehingga orang
tidak bias melihat bagian dalamnya. Drs Sudrman dalam bukunya “Borobudur
Keajaiban Dunia” menerangkan antara lain, di dalam stupa induk terdapat ruangan
yang sekarang tidak terisi.
b. Stupa Berlubang?terawang
Stupa berlubang/terawang adalah
stupa yang terdapat pada teras I,II,III, di dalamnya terdapat patung Budha,
Jumlahnya seluruh stupa berlubang 72 buah.
Stupa-stupa tersebut berada pada
tingkat Aruphadatu yaitu ;
Teras pertama terdapat 32
stupa
Teras kedua terdapat 24
stupa
Teras ketiga terdapat 16
stupa+
Jumlah
72 stupa
c. Stupa kecil
Bentuk Stupa kecil hamper sama
dengan stupa yang lainnya, perbedaannya yang memang lebih kecil dari stupa yang
lainnya, stupa ini seolah menjadi hiasan dari seluruh bangunan candi,
keberadaan stupa ini terdapat relung – relung pada langkah II – V, sedangkan
pada langkan I sebagian berupa keben dan sebagian berupa stupa kecil sejumlah
1,472 buah.
C.
Relief Candi Borobudur
Relief – relief yang menghiasi candi
Borobudur sebagai berikut :
Bagan Relief
|
Tingkat
|
Posisi/letak
|
Cerita Relief
|
Jumlah Pigura
|
Kaki candi asli
|
-----
|
Karmawibhangga
|
160
|
Tingkat I
|
dinding
|
a. Lalitawistara
|
120
|
b. jataka/awadana
|
120
|
langkan
|
a. jataka/awadana
|
372
|
b. jataka/awadana
|
128
|
Tingkat II
|
dinding
|
Gandawyuha
|
128
|
langkan
|
jataka/awadana
|
100
|
Tingkat III
|
dinding
|
Gandawyuha
|
88
|
langkan
|
Gandawyuha
|
88
|
Tingkat IV
|
dinding
|
Gandawyuha
|
84
|
langkan
|
Gandawyuha
|
72
|
Jumlah
|
1460
|
Relief
pada dinding yang menghadap keluar harus di baca dari kanan ke kiri, sedangkan
relief pada langkan yang menghadap ke dalam harus di baca dari kiri ke kanan
hal demikian di sebabkan oleh karena harus menelusuri lorong-lorong pada Candi
Borobudur menurut pradaksina yaiti berjalan mmengintari bangunan Candi
Borobudur menurut arah jarum jam dan membuat posisi agar bangunan stupa maupun
dinding-dinding tembok berada di sebelah kanan.
a. Karmawibhangga
adalah relief yang menggambarkan suatu cerita yang mempunyai korelasi sebab
akibat (hukum karma). Di zona Kamadhatu, beberapa relief-relief Karmawibhangga
menggambarkan hawa nafsu manusia, seperti perampokan, pembunuhan, penyiksaan,
dan penistaan. Tidak hanya menggambarkan perbuatan jahat, Relief Karmawibhanga
yang dipahat di atas 160 panil juga menggambarkan ajaran sebab akibat perbuatan
baik.
Setiap panil bukanlah cerita naratif (berseri) dan berisi kisah-kisah tertentu
yang di antaranya menggambarkan perilaku masyarakat Jawa Kuna masa itu, antara
lain perilaku keagamaan, mata pencaharian, struktur sosial, tata busana,
peralatan hidup, jenis-jenis flora dan fauna, dan sebagainya. Secara
keseluruhan itu menggambarkan siklus hidup manusia, yaitu: lahir - hidup - mati
(samsara).
Kamadhatu adalah gambaran dunia yang dihuni oleh kebanyakan orang,
atau dunia yang masih dikuasai oleh kama atau "nafsu
rendah". Karenanya zona ini berada di tingkat paling bawah Borobudur dan
kini tertutup oleh pondasi penyokong bangunan sehingga tidak terlihat (kecuali
pada sisi Selatan terbuka sedikit). Ada dugaan bahwa tertutupnya zona ini dikarenakan
untuk memperkuat struktur atau pondasi bangunan. Akan tetapi, dugaan lain
menyebutkan bahwa hal tersebut adalah untuk menutupi konten-konten cabul dari
relief tersebut. Untuk melihat relief pada zona ini, Anda dapat mengunjungi Museum Karmawibhangga
yang memajang foto-foto di Kamadhatu yang sengaja diambil agar tetap
dapat dinikmati pengunjung.
b. Lalitawistara adalah relief yang menggambarkan riwayat sang
Buddha dimulai dari turunnya Sang Buddha dari sorga Tusita hingga kisah ajaran
pertama yang beliau lakukan di Taman Rusa yang berada di dekat Kota Banaras.
Relief Lalitawistara berjumlah 120 panil namun tidak secara lengkap
menggambarkan kisah sang Buddha.
Lalitawistara adalah rangkaian relief cerita yang terpahat apik pada
dinding candi di lorong 1 tingkat 2. Secara garis besar, Lalitawistara
menggambarkan kehidupan Buddha Gautama saat lahir hingga keluar dari istana dan
mendapat pencerahan di bawah pohon bodhi.
c. Jataka dan Awadana adalah relief tentang
Sang Buddha sebelum dilahirkan sebagai Pangeran Siddharta. Terpahat di tingkat
kedua candi (lorong 1), relief ini bercerita tentang kebaikan sang Buddha dan
pengorbanan diri yang ia lakukan dalam berbagai bentuk reinkarnasinya, baik
sebagai manusia atau binatang. Perbuatan baik inilah yang membedakannya
dengan makhluk lain. Apalagi berbuat baik adalah tahapan persiapan dalam usaha
menuju tingkat Buddha yang lebih tinggi.
d. Awadana adalah juga berisi cerita Jataka namun tokoh
ceritanya bukan Buddha melainkan pangeran Sudhanakumara. Cerita pada relief Awadana
dihimpun dalam Kitab Diwyawadana (perbuatan mulia kedewaan) dan Kitab Awadanasataka
(seratus cerita Awadana).
e. Gandawyuha adalah deretan relief yang terpahat rapi di
dinding Borobudur sejumlah 460 panil yang terpahat di dinding serta pagar
langkan. Pahatan relief ini tersebar di tingkatan candi yang berbeda-beda.
Berkisah tentang Sudhana, putera seorang saudagar kaya yang berkelana dalam
usahanya mencari pengetahuan tertinggi atau kebenaran sejati. Penggambarannya
pada panil-panil didasarkan pada kitab suci Buddha Mahayana yang berjudul Gandawyuha.
Sementara itu, untuk bagian penutupnya, kisah relief berdasarkan cerita
kitab lain, yaitu Bhadracari. Kisah ini adalah tentang sumpah Sudhana
untuk menjadikan Bodhisattwa Samantabhadra sebagai panutan hidupnya.
Apabila Anda perhatikan mulai dari lantai kelima hingga ketujuh tidak tampak
relief pada dindingnya. Tingkatan yang melambangkan alam atas tersebut
dinamakan Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak
berwujud). Pada tingkatan ini, manusia sudah bebas dari segala keinginan
dan ikatan bentuk dan rupa namun belum mencapai nirwana. Pada Arupadhatu
yang terlihat adalah stupa-stupa terawang yang di dalamnya terdapat patung
Buddha.
Di tingkatan tertinggi dari Candi Borobudur
yang memiliki total 10 tingkatan atau pelataran ini terdapat sebuah stupa yang
terbesar dan tertinggi. Di dalam stupa terbesar ini pernah ditemukan patung
Buddha yang tidak sempurna atau disebut juga Unfinished Buddha yang kini di
simpan di Museum Karmawibhangga.
Berdenah bujur sangkar dengan keseluruhan ukuran 123 x 123 meter, Borobudur
tidak memiliki ruang-ruang pemujaan seperti candi-candi lain. Borobudur
memiliki lorong-lorong panjang berupa jalan sempit, diperkirakan sebagai tempat
bagi umat Buddha melakukan upacara berjalan kaki mengelilingi candi ke arah
kanan. Borobudur memiliki enam pelataran berbentuk bujur sangkar, tiga
pelataran berbentuk bundar melingkar, dan sebuah pelataran puncak tempat stupa
utama berada. Struktur dasarnya berupa punden berundak, yang merupakan bentuk
arsitektur asli dari masa prasejarah Indonesia. Karena keunikan, keindahan,
nilai historis, dan kualitas karya seni yang bernilai tinggi yang
termanifestasikan di Borobudur, candi Buddha ini sudah tentu layak menyandang
gelar sebagai salah satu mahakarya seni tingkat tinggi dari peradaban
Nusantara.
D.
Lambang
Kejayaan Budaya /Seni Candi Borobudur
a. Kejayaan pada masa sejarah
Merupakan
lambang dari alam semesta atau dunia cosmos. Menurut ajaran Budha, alam semesta
dibagi menjadi unsur atau dharu dalam bahasa Sansekerta :
- Unsur nafsu
- Unsur wujud
- Unsur tak berwujud
b. Sumbangan Candi Borobudur bagi perkembangan
budaya
Candi
Borobudur sangat bermanfaat bagi siapa saja dan juga menyumbang untuk
perkembangan budaya. Candi Borobudur merupakan tempat wisata utama, sehingga
banyak wisatawan domestik maupun mancanegara. Kira-kira jumlah wisatawan
domestik maupun mancanegara + 2
juta setahun, jika pengunjung yang datang ke Candi Borobudur banyak dan ramai
sehingga memadati lokasi Candi Borobudur.
c. Andil
Candi Borobudur dalam penerimaan pendapat devisa negara
Setelah
pemugaran candi selesai, baru ada gagasan untuk lebih mengembangkan Candi
Borobudur dan wilayah sekitarnya sehingga alam dapat mendukung keberadaan Candi
Borobudur sebagai tujuan wisata utama. Pemerintah membentuk BUMN (Badan Usaha
Milik Negara) di bawah naungan Departemen Pariwisata, Pos dan Telkom. Tugasnya
adalah mengelola Candi Borobudur dan Candi Prambanan, tidak hanya
dibidang-bidang seperti kebudayaan, kepurbakalaan, pendidikan, ekonomi maupun
pengembangan wilayah yang bersangkutan.
d. Fungsi Candi Borobudur bagi wisatawan
domestik dan mancanegara
Candi
Borobudur adalah sebagai tempat tujuan wisata utama, sehingga banyak wisatawan
yang berkunjung ke Candi Borobudur.
Adapun
fungsi Candi Borobudur sebagai berikut :
1. Rekreasi
2. Menambah ilmu pengetahuan
3. Dan lain-lain
Kira-kira
jumlah wisatawan domestik dan mancanegara + juta setahun, karena dengan adanya wisatawan yang datang ke Candi
Borobudur menambah pendapatan pajak tanah.
BAB
III
MONUMEN
YOGYA KEMBALI
A.
Latar
Belakang Pemberian Nama “Monumen Yogya Kembali”
Dipilihnya nama “Yogya Kembali”
dengan pengertian berfungsinya pemerintah Republik Indonesia, dan sebagai
tetangga peristiwa sejarah ditarik mundurnya tentara Belanda dari ibukota
Yogyakarta pada tanggal 29 Juni 1949 dan kembalinya Presiden Soekarno, wakil
presiden, pemimpin negara yang lain pada tanggal 6 Juli 1949 di Yogyakarta.
Dilhat
dari bentuknya Monumen Yogya Kembali berbentuk kerucut dengan ketinggian 31,80
meter adalah sebuah gambaran “Gunung Kecil” ditempatkan di lereng Gunung
Merapi. Secara faktual memberikan kesuburan bagi daerah Yogyakarta dan
sekitarnya, secara simbolik bersama laut selatan berfungsi sebagai “Yoni” dan
gunung merapi sebagai “Lingga” merupakan suatu kepercayaan yang sangat tua dan
berlaku sepanjang masa. Bahkan masyarakat sering menyebut Monumen Yogya Kembali
sebagai tumpeng raksasa bertutup warna putih mengkilap, dalam tradisi Jawa
tumpeng sebagai bentuk gunung yang dapat dihubungkan dengan kekayon / gunung
dalam wayang kulit yang dihubungkan kebahagiaan / kekayaan suci dan sebagai
penutup setiap episode perjuangan bangsa.
B.
Almat lengkap Monumen Yogya Kembali
Monumen Yogya Kembali terletak
di Jalan Lingkar Utara Dusun Jongkang, Desa Sariharjo, Kecamatan Ngaglik,
Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Didirikan di atas lahan seluas 49.920 m2.
Lokasi ini ditetapkan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dengan alternatif
diantaranya terletak digaris poros utara Gunung Merapi – Monumen Yogya Kembali
– Tugu Pal Putih Kraton – Panggung Krapyak – Laut Selatan merupakan sumbu
imajinen.
C.
Nama –nama Pahlawan yang Terdapat
Pada Dingding dalam Monumen
a)
Ruang Museum 1
Dibagi
menjadi 14 panil yaitu 2 panil tegak dan 12 panil dinding diantaranya :
- Panil tegak I, disajikan dokumen foto-foto
presiden sekitar proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia 17 Agustus 1945 di
Pegangsaan Timur 56 Jakarta, terdiri dari :
a. Ibu Fatmawati ketika menjahit Sang Saka Merah
Putih
b. Ir. Soekarno yang membacakan teks proklamasi
tanggal 17 Agustus 1945 Pegangsaan Timur
56 Jakarta jam 10.00
c. Upacara pengibaran Bendera Merah Putih oleh
Latief Nindiningrat dan Suhud Martakusuma
d. Sebagian dari anggota kabinet Indonesia
pertama setelah pelantikan tanggal 19 Agustus 1945
- Panil
tegak II, 4 foto peristiwa pertempuran rakyat Indonesia melawan sekutu di 10
kota Surabaya 10 November 1945, terdiri dari :
a. Suasana pertempuran Surabaya dipimpin oleh
Bung Tomo tanggal 10 November 1945
b. Suasana pejuang yakni arek-arek Surabaya
waktu menghadapi sekutu / NICA
c. Panglima Divisi Mayor Jenderal Sungkono saat
melapor kepada Panglima Jenderal Sudirman tentang peristiwa gencatan senjata
yang sedang berlangsung di Surabaya
d. Upacara pemberian ijazah lulusan Militer
Akademi Yogyakarta disampaikan oleh Presiden Soekarno
- Panil Dinding 1
Dokumen
foto peristiwa sewaktu rakyat Jakarta dalam menyambut gema proklamasi di
lapangan Ikada tanggal 19 September 1945 dan penyampaian pesan singkat oleh
Soekarno.
- Panil dinding 2
Dokumen
foto peristiwa rakyat Yogyakarta sewaktu menyambut proklamasi 17 Agustus 1945,
digambarkan Sri Sultan Hamengkubuwono IX usai menyatakan bahwa negeri
Ngayogyakarta Hadiningrat bersifat Kerajaan.
- Panil Dinding 3
Disajikan
bagian susunan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta setelah proklamasi 17
Agustus 1945 dilengkapi peta timbul wilayah DIY.
b)
Ruang Museum 2
Dengan
tema “Perang Grilya Dengan Sistem Pertahanan Rakyat Semesta”. Membagi 4 panil
tegak, 13 panil dinding, 3 vitrin sudut vitrin dinding, 2 vitrin tengah, teras
sudut ruang museum II.
- Panil Tegak 1
Dokumen
foto suasana perundingan antara komisi Tiga Negara dengan Indonesia di Hotel
Kaliurang 13 Januari 1948 dihadiri Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Sultan Hawid
II RAA Tjakradiningrat dan Frank Graham (USA).
- Panil Tegak 2
Foto
dokumen Presiden Soekarno ziarah di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara 28
Desember 1949.
- Panil tegak 3
Disajikan
2 bingkai dokumen foto :
a. Soekarno dengan Pesawat Garuda Airways
kembali ke Jakarta memangku jabatan Presiden RIS 28 Desember 1948.
b. Pesan kesan Presiden Soekarno terhadap
Yogyakarta.
- Panil Tegak 4
Bingkai
para takziah dalam upacara pemakaman almarhum Panglima Besar Jenderal Soedirman
nampak PM. A. Halim, Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Jenderal Mayor Molinger.
- Panil Dinding 1
Dokumen
foto suasana Yogyakarta setelah agresi militer Belanda ke-2.
- Panil Dinding 2
Dokumen
foto peranan pelajar pejuang selama agresi militer ke-2.
- Panil Dinding 3
a. Pertemuan pelajar perjuang di rumah makan
“Prasodjo” 1948
b. Suasana pasar darurat Yogyakarta pada masa
agresi militer ke-2
c. Pelaksanaan perang gerilya tentara pelajar di
Gadean
- Panil Dinding 4
Dokumen
foto peranan media massa maupun laskar wanita Yogyakarta dalam mendukung
perjuangan bangsa Indonesia merebut dan mempertahankan kedaulatan RI.
- Panil Dinding 5
Bagan
sejarah perjuangan bangsa Indonesia sejak proklamasi 17 Agustus 1945.
- Panil Dinding 6
Lukisan
potret dari Panglima Besar Jend. Soedirman sewaktu wiralelana dan satu bingkai
dokumen foto Panglima Besar Jend. Soedirman ditandu sewaktu memimpin perang
Gerilya.
- Panil Dinding 7
Disajikan
sebuah ilustrasi dan 2 bingkai kata amanat dari Panglima Besar Jend. Soedirman.
- Panil Dinding 8
Dokumen
foto peristiwa penarikan mundur tentara Belanda
a. Letnal Kolonel Soeharto dan Letnan Wijogo
Atmodarminto Lapok kepada Paduka Paku Alam VIII bahwa penarikan mundur pasukan
Belanda di Yogya Utara telah selesai dilaksanakan.
b. Sri Sultan Hamengkubuwono IX, menjemput
pasukan SWK 102 di bawah pimpinan Mayor Suradjono untuk masuk kota Yogya.
c. Pelaksanaan upacara pengibaran Bendera Merah
Putih di halaman RS. Bethesda.
- Panil Dinding 9
Dokumen foto kembalinya para
pemimpin Republik Indonesia.
- Panil Dinding 10
Dokumen
foto setelah kembalinya kekuasaan penuh atas ibukot Yogyakarta.
a. Pembukaan KMB di Rider Zaal, Den Haag 23
Agustus 1949.
b. Sidang DPN dipimpin oleh Mr. Moch. Roem 16
Desember 1949.
c. Pelantikan Presiden RIS 17 Desember 1949.
d. Penandatanganan naskah pengakuan keaulatan RI
di Jakarta 27 Desember 1949.
- Panil Dinding 11
Dokumen
foto pelantikan Presiden RIS bertempat di Keraton Yogyakarta tanggal 17
Desember 1949.
- Panil Dinding 12
Potret
diri Presiden Soekarno sewaktu dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia
Serikat.
- Panil Dinding 13
Dokumen
foto wafatnya Panglima Besar Jenderal Soedirman di Bedokan, Magelang 29 Januari
1950.
- Vitrin Sudut 1
Dalam
vitrin ini dilestarikan beberapa peralatan komunikasi yang diperoleh secara
tidak langsung dari Singapura.
- Vitrin Sudut 2
Dilestarikan
benda koleksi yang dipakai selama perang kemerdekaan oleh Sri Sultan
Hamengkubuwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII serta 2 bingkai dokumen foto.
- Vitrin Sudut 3
Dilestarikan
koleksi dan dokumen Arsip Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
- Vitrin Dinding 1
Dilestarikan
peralatan perhubungan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat yang digunakan
selama perang gerilya.
- Vitrin Dinding 2
Dilestarikan
peralatan milik Laskar Wanita Yogyakarta selama perang kemerdekaan.
- Vitrin Dinding 3
Dilestarikan
benda sejarah milik Almarhun Kanjeng Raden Tumenggung Honggowongso, beliau
Bupati Paniradya Pati Jawatan DIY merangkap sekretaris pribadi Sri Sultan
Hamengkubuwono IX.
- Vitrin Tengah 1
Disajikan
4 puncak senjata api jenis senjata pinggang lintas datar yang digunakan semasa
perang gerilya.
- Vitrin Tengah 2
Dilestarikan
4 puncak senjata api jenis senjata pinggang digunakan selama perang kemerdekaan.
c) Ruang
Museum 3
Dengan
tema “Seputar Pelaksanaan Serangan Umum 1 Maret 1949. Adapun wujud dari materi
pameran yang disajikan adalah berupa foto-foto para tokoh pelaku serangan umum
1 Maret 1949. benda-benda bersejarah, replika-replika maupun evokatif yang
merupakan bukti sejarah perjuangan masyarakat Yogyakarta khususnya dan bangsa
Indonesia umumnya semasa revolusi phisik.
d) Ruang Museum 4
Dengan
tema “Yogya Sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia” penyajiannya berupa :
1. Patung dada Ir. Soekrno
2. Patung dada Drs. Moh. Hatta
3. Teks proklamasi
4. Foto dokumen Presiden dan Wapres di Yogyakarta
5. Tempat tidur Presiden Soekarno
6. Foto
dokumen kegiatan Presiden bersama keluarga dan Wapres di ibukota Yogyakarta
7. Patung dada Ki Hajar Dewantara
8. Patung dada Kyai Haji Mas Mansyur
9. Peta timbul wilayah RIS
10. Meja dan kursi tamu wakil presiden Moh. Hatta
11. Potret dari pimpinan RI
12. Kursi kerja Komite Nasional Indonesia Daerah
13. Foto dokumen KNID dan KNIP
D. Manfaat Monumen Yogya Kembali
v Bagi
ekonomi masyarakat
Sebagai
bangunan monumental, Monumen Yogya Kembali digunakan sebagai sarana rekreasi
yang dapat mewujudkan perekonomian masyarakat sekitar lebih meningkat.
v Bagi
pendapatan daerah
Dengan
meningkatnya perekonomian masyarakat sekitar meningkat pula pendapatan perkapita.
Hal ini dapat mewujudkan daerah tersebut maju dan berkembang.
v Bagi
sejarah dan kebudayaan
Sarana
pendidikan dan penelitian akan kronik sejarah perjuangan bangsa atau perjalanan
sejarah perjuangan bangsa. Secara nyata akan bisa dilihat, dirasakan, diresapi
oleh generasi penerus dengan demikian pada gilirannya rasa nasionalisme,
kecintaan akan tanah air dan sejarah perjuangan bangsanya tidak akan larut oleh
situasi dan kondisi, arus informasi dan globalisasi serta meningkatkan
ketahanan nasional.
BAB IV
TAMAN PINTAR
A. Sebab-sebab Didirikan Taman Pintar
Sebab-sebab didirikan Taman Pintar
adalah untuk menyediakan sarana-sarana ilmu pengetahuan yang lengkap dari mulai
kebudayaan sampai ilmu fisika dan untuk menjadikan Yogyakarta menjadi kota yang
modern dan terkenal dengan fasilitas ilmu pengetahuan yang memadai.
B. Fasilitas yang Ada di Taman Pintar
Di Taman Pintar banyak terdapat
fasilitas yang sangat bermanfaat bagi semua orang terutama tentang pengetahuan.
Fasilitas-fasilitas yang terdapat di Taman Pintar antara lain :
- Aquarium air tawar
- Bioskop empat dimensi
- Cara kerja magnet
- Pome Area
- Melihat bumi
- Melihat manusia purba
- Melihat peta Yogyakarta pada komputer
- Melihat proses terjadinya tsunami
- Pra sejarah
- Ruang budaya dan religi
- Ruang game
- Ruang gempa
- Ruang komputer
- Ruang puzzle balok
- Ruang perpustakaan
- Ruang petualangan
- Ruang pertunjukan
- Ruang sains
- Ruang teknologi
- Sejarah Kesultanan Yogyakarta
C. Manfaat Taman Pintar
1. Bagi Dunia
Pendidikan
Taman
Pintar sangat bermanfaat sekali terutama bagi dunia pendidikan. Karena dengan
adanya Taman Pintar akan menimbulkan gagasan-gagasan yang lebih kreatif dan
dengan fasilitas tersebut anak-anak di Indonesia khususnya di Yogyakarta lebih
memilih belajar dan bermain di Taman Pintar.
2. Bagi Dunia Ilmu Pengetahuan
Di
Taman Pintar banyak sekali hal-hal yang bermanfaat terutama pada bioskop empat
dimensi. Di bioskop empat dimensi anda bisa melihat hal yang tidak nyata
seolah-olah anda berada didalamnya.
3. Bagi Dunia hiburan
Bukan
hanya untuk pengetahuan saja, Taman Pintar juga bisa dijadikan sebagai rekreasi
sambil menambah ilmu pengetahuan dan pasti anda tidak akan menyesal pernah
berkunjung di Taman Pintar.
BAB V
MALIOBORO
A. Perasaan Ketika Berada di Malioboro
Malioboro adalah salah satu pusat perbelanjaan yang terletak
di kota Yogyakarta. Di Malioboro pun menjual berbagai jenis barang yang
berkualitas dengan harga yang relatif murah.
Penyusun
pun merasa senang ketika berada di Malioboro. Di samping itu, selain Malioboro
menjual berbagai jenis barang dengan harga yang relatif murah, di Malioboro
juga sangat ramai dan banyak wisatawan yang berdatangan.
Letaknya
pun strategis dengan pohon-pohon yang rindang di sekelilingnya.
B. Kesan Ketika Berada di Malioboro
Malioboro terkesan ramai. Karena sangat ramainya, jalan
Malioboro sesak, karena dipenuhi para pejalan kaki, pengendara motor. Itulah
sebab Malioboro terkesan sumpek.
Yang membuat Malioboro terkesan sumpek
adalah pedagang eceran di pinggir jalan, apalagi kalau hari libur, para
pengunjung yang datang lebih banyak dibandingkan hari-hari biasa. Para
pengunjung pun selain datang untuk berlibur, mereka juga membeli oleh-oleh
sebagai cinderamata.
C. Aktivitas Ketika Berada di Malioboro
Di Malioboro bermacam-macam aktivitas tapi paling banyak
orang melakukan aktivitas berjualan di pinggir-pinggir jalan.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang kami dapatkan
tentang “Megahnya Kota Yogyakarta”, antara lain :
a. Candi
Borobudur merupakan candi yang sangat agung, sehingga menarik perhatian para
wisatawan.
b. Monumen
Yogya Kembali merupakan tempat untuk menyimpan benda-benda bersejarah para
pahlawan.
c. Taman
Pintar bukan hanya tempat untuk obyek wisata, tapi juga tempat untuk menambah ilmu pengetahuan.
B. Saran
1. Bagi adik kelas yang akan tour ke Yogyakarta,
bawalah barang-barang yang penting
saja.
2. Bagi adik kelas yang
akan tour ke Yogyakarta, penyusun sarankan ketika berada di
obyek wisata jangan melakukan
hal-hal yang tidak berguna, gunakan waktu dengan sebaik-baiknya.
C. Kata
Penutup
Demikian laporan karya tulis ini,
semoga para pembaca dapat memahami. Tidak ada kata lain dari penyusun selain
terima kasih kepada pihak yang telah membantu proses penyusun karya tulis ini,
saran dan kritik yang bermanfaat dari pembaca sangat penyusun harapkan. Mohon
maaf bilamana ada kata-kata yang tidak berkenan di hati pembaca, mohon
dimaafkan.
DAFTAR PUSTAKA
Soe Soekarno,
Dr. - Riwayat Usaha Penyelamatan
Candi Borobudur Pelita Borobudur Seri A No.I. 1972.
Soedirman, Drs - Candi Borobudur. Pustaka Jaya. 1981.
Soedirman, Drs. - Borobudur Salah Satu Keajaiban Dunia.
Yogyakarta. 1980.
Moertijipto
dan Bambang Prasetyo. Agilampse of Temples. Directorate General of Tourism
Republic of Indonesia.
Yosis Marjuki dan Toeti Heray. Borobudur, Djambatan. 1989.